Sebagai komikus, pak Wid NS memang sangat piawai, tidak hanya dalam hal meramu cerita yang tak cuma sekedar "bag big bug", tapi juga gambar-gambarnya yang menawan dan enakdinikmati. Tak heran banyak penggemar komik di Indonesia era 70-80'an kepincut pada sosok superhero ini.
Tak berlebihan kiranya jika manusia super bernama asli Awang ini dijuluki superhero legendaris Indonesia, karena hingga kini masih terus diperbincangkan dan kehadirannya ditunggu-tunggu para penggemarnya.
Sejak awal saya gemar corat-coret karakter superhero, tokoh jagoan dalam karya-karya Wid NS inilah yang jadi referensi saya. Saya contoh pleg jibleg gestur Godam, baik yang ada dalam komik-komiknya, maupun covernya. Dari sekedar corat-coret, saya kemudian mulai coba-coba merangkai cerita menjadi komik. Karakternya pun saya ciptakan sendiri, dengan nama Dirgantara. Kalau tidak salah saya kelas 4 SD waktu itu. Komiknya saya buat di buku tulis. Sayang karya saya yang seingat saya sudah jadi 3 buku dan belum tamat itu "punah", hilang entah ke mana.
Hampir semua gambar di komik Dirgantara tersebut adalah hasil nyontek dari karya pak Wid NS (dan pak Hasmi yang akan saya ceritakan di posting lain). Memang begitulah cara saya belajar menggambar. Mencontek. Tampaknya, itulah yang kemudian berpengaruh pada gaya gambar saya di kemudian hari.
Alm. Wid NS. |
Sang kreator telah tiada, tapi karya-karyanya akan tetap abadi tersimpan di rak-rak buku para kolektor maupun penggemar fanatiknya.
Saya pun mencoba mengabadikan beberapa judul serial Godam dalam bentuk fan art cover sebagai berikut :
Godam dalam GAS (Gang Anti Superhero) |
Godam dalam Robot Penakluk |
Godam dalam Black Magic |
Godam dalam Bocah Atlantis |
Godam dalam Mata Sinar X |
Godam dalam Sang Kolektor |
Tentang Godam ini ada satu kenangan tak terlupakn hingga kini. Ada satu karya pak Wid NS yang berkali-kali saya contek, yaitu cover komik Mata Sinar X (dulu saya keliru mengucapkan Sinar Mata X). Saking getolnya saya menggambar cover komik Godam itu, suatu ketika, kalau tidak salah saya kelas 3 SD, saya datang kepagian di sekolah. Sambil menunggu teman-teman sekelas datang, iseng-iseng saya gambar Godam yang sudah hafal di luar kepala di papan tulis dengan kapur. Tak dinyana, saat jam istirahat saya dipanggil ibu kepala sekolah. Saya gemetar, karena mengira saya akan dihukum gara-gara menggambar di papan tulis kelas. Sebabnya, waktu itu, komik "haram" di bawa-bawa ke sekolah. Ternyata, saya diberitahu kalau saya didaftarkan untuk ikut lomba menggambar se kodya Surabaya. Obyeknya adalah hewan di kebun binatang, karena lokasi lomba diadakan di salah satu tempat wisata terpopuler di Surabaya. Hasilnya tak mengecewakan. Saya dapat juara ketiga dengan hadiah sepatu.
Akan halnya Aquanus, sahabat setia Godam, saya abadikan juga dalam gambar yang saya kerjakan tahun 2005 saat jam istirahat kantor menggunakan Corel Photopaint (waktu itu saya belum kenal Photoshop).
Posting Komentar