Gagasan untuk menciptakan karakter Kanser muncul saya ketika ayah saya pulang kantor membawa kaset video film Superman the Movie. Waktu itu tahun 1978, saya masih SMP.
Special effect yang menampilkan adegan Superman (diperankan oleh Christopher Reeve) terbang begitu memukau saya, seolah sang jagoan betul-betul terbang, hingga mendorong saya untuk membuat tokoh superhero yang bisa terbang. Karena saya anak-anak, tokoh yang saya buat pun anak-anak juga. Jadilah Kanser ini. Nama Kanser saya ambil dari zodiak saya, Cancer.
Desain awal Kanser |
Saya tergerak untuk “membangkitkan” Kanser lagi saat saya telah 3 tahun kuliah di Jogja, yaitu sekitar tahun 1986. Awalnya saya membuat kartun untuk sebuah majalah anak-anak terbitan kota pelajar itu, Putera Kita namanya. Setelah beberapa kali membuat dan dimuat, redaksi Putera Kita “menantang” saya untuk membuat komik. Dengan semangat 45 saya buat komik dengan tokoh Kanser dan pihak redaksi setuju untuk memuatnya.
Konsep karakter Kanser saya rombak pada proses perubahannya. Bukan lagi karena pengaruh radiasi meteorit misterius, tapi atas permintaan seorang putri cantik bernama Kania, penguasa kerajaan Krabbie yang berada di dimensi tak nyata. Sang bocah saya beri nama Dido, seperti nama sahabat satu kos saya yang bernama Didok. Putri Kania meminta Dido untuk mencari kakeknya yang bernama Kakek Sakti, yang mengalami linglung akibat kematian cucu kesayangannya bernama Kanser. Oleh Putri Kania, Dido dibekali dengan kesaktian Kanser yang menitis pada sebuah simbol kerajaan berbentuk liontin. Dalam keadaan linglung, Kakek Sakti masuk ke dimensi nyata dan tanpa sengaja menciptakan sosok monster berbentuk manusia digital yang kemudian berhasil disingkirkan oleh Kanser ke luar angkasa. Kekuatan monster manusia digital yang melayang di angkasa itu kemudian dimanfaatkan oleh makhluk dari planet asing bernama Zalbok yang ingin mengacau di bumi. Zalbok ini sedianya akan saya jadikan musuh bebuyutan Kanser, sebab setiap superhero pasti punya musuh bebuyutan, bukan? Seperti Lex Luthor musuh Superman, Joker musuh Batman, Ghazul musuh Gundala dan Dr. Setan musuh Godam.
Keluarga kerajaan Krabbie |
Dalam kurun waktu sekitar 4 tahun, Kanser rajin muncul di majalah Putera Kita dalam beberapa episode. Kavlingnya pun istimewa: di cover belakang majalah dan berwarna (pewarnaan dilakukan oleh bagian artistik Putera Kita). Yang membuat saya bangga, tokoh Kanser digemari anak-anak, seperti yang diungkapkan oleh redaksi Putera Kita.
Judul komik Kanser di majalah Putera Kita yang masih saya ingat adalah :
- Asal-usul Kanser
- Mencari Kakek Sakti
- Kalut
- Tak Ingin Jadi Kanser
Dari judul di atas terlihat bahwa saya ingin menyajikan debut Dido sebagai Kanser, dari awal ia menerima permintaan bantuan dari Putri Kania, pencarian Kakek Sakti yang berbuntut munculnya Zalbok, kegalauan Dido atas identitas gandanya yang membuat kehidupan pribadinya kacau, dan pengunduran diri Dido sebagai Kanser.
Salah satu halaman "Kanser Mencari Kakek Sakti" di majalah Putera Kita |
Salah satu halaman "Kanser Kalut" di majalah Putera Kita |
Salah satu halaman "Tak Ingin Jadi Kanser" di majalah Putera Kita |
Satu judul yang belum sempat saya tuntaskan karena kesibukan kuliah adalah “Bola Kristal Paresnaris”, dan kini naskahnya yang sudah jadi beberapa halaman hilang entah kemana. Pelan tapi pasti, Kanser kembali “terlelap”. Ini bukan berarti saya berhenti “mengutak-atik” Kanser. Dalam waktu senggang, saya sempatkan menggambar ulang asal-usul Kanser dalam gaya gambar yang “sok manga”, karena saat itu lagi gencar-gencarnya komik Jepang menyerbu pasar komik Indonesia yang “sepi” dari komik lokal.
Saat komik Indonesia mulai menunjukkan kegairahan, Kanser versi baru saya munculkan lagi dalam sebuah komik kompilasi terbitan Metha Studio Jogja tahun 2008. Artinya 18 tahun Kanser “tidur”. Selain “Asal-usul Kanser” yang sudah jadi beberapa tahun sebelumnya, saya juga menulis ulang script “Mencari Kakek Sakti” yang pengerjaan gambarnya dibantu oleh 2 komikus lain, yaitu Nico Jeremia dan Arieswendha, untuk komik kompilasi bertajuk Petualangan Anak Pemberani itu.
Ada sebuah studio film animasi di Surabaya yang sempat meminati Kanser untuk dianimasikan. Namun karena ternyata mereka merombak total kostum Kanser menjadi bergaya tokoh pewayangan, yang menurut mereka agar tampak lebih terlihat “lebih Indonesia”, saya mundur. Menurut saya, hanya karena ingin terlihat “Indonesiawi”, tidak perlu memaksakan diri dengan merancang tokoh superhero berbaju wayang. Hingga kini tak pernah terdengar hasil produksi studio animasi tersebut.
Profil Karakter:
(Jink)
Dikunjungi: kali.
Posting Komentar