Posting Terbaru :

Ulasan Henry Ismono

Ibarat sebuah kutukan, Dwi “Jink” Aspitono, tiba-tiba saja senang dengan komik. Pria kelahiran tahun 1964 ini merasa beruntung, tumbuh di masa kecil ketika komik gampang ditemui. Ia mengalami saat komik Indonesia berjaya. Lebih beruntung lagi, orangtua Jink mendukung keinginannya. Bahkan, ayahnya kerap membelikannya komik kesukaannya.

Jink kecil di masa 70-an, begitu menggemari sosok superhero Gundala dan Godam, karya seniman komik legendaris Hasmi dan Wid NS. Begitu gemarnya, karakter dua superhero papan atas melekat di benaknya. Kostum dan ceritanya ia hafal luar kepala. “Tiap jalan-jalan dan menemukan komik baru, saya pasti membelinya,” kata Jink saat ditemui di rumahnya di Surabaya.

Komik jenis silat, tidak begitu memukau Jink, meski juga tak lepas dari amatannya. Komik cerita anak yang waktu itu didominasi kisah adaptasi HC Andersen, juga menjadi bacaan Jink. Waktu kelas 1 SD, “Saya sudah membuat komik, lengkap dengan panel-panelnya. Hanya satu halaman di kertas bergaris. Kisahnya tentang seorang pangeran yang bertemu putri,” ujarnya mengenang.

Di masa kecil itu, Jink mencoba membuat karakter tokoh sendiri. Ia memberi nama tokohnya Dirgantara. Namun, ia kesulitan membuat detal wajah orang. Demi gampangnya, “Tokohnya saya buat memakai topeng,” papar Jink yang selain komik juga gemar nonton bioskop.

Suatu saat, ia nonton film Superman yang dibintangi Christoper Reeve. Jink kecil membayangkan sosok Superman saat kecil. Jink yang saat itu masih SMP, membuat karakter Canser, sosok bocah superhero yang bisa terbang. Canser digambarkan seusia anak SMP. “Hanya karakter, belum sampai membuat cerita.”

Sampai suatu ketika di tahun 1983, Jink kuliah di Jogja. Kegemarannya menggambar tidak pernah susut. Ia mulai membuat kartun dan mengirimnya ke media lokal Jogja, salah satunya ke majalah anak Putera Kita. Karya-karyanya pun mulai dimuat tahun 1985. “Saya mengambil sendiri honor kartun di kantor majalah Putera Kita.”

Saat itulah ia bertemu dengan Suparto Brata, salah satu pengelola Putera Kita. “Mas, bisa bikin komik,” tanya Suparto kepada Jink. Dengan yakin, Jink menjawab: bisa.

“Temanya tentang apa?”

“Apa saja, yang penting sesuai dengan misi majalah yaitu tentang anak-anak.”

Jink teringat desain karakter yang dibuatnya saat SMP. Tokoh Kanser, rekaannya, menurut Jink cocok untuk Putera Kita. Hanya saja, ia mengubah tokohnya duduk di bangku SD, bukan SMP. Redaktur majalah itu pun menerima. Mulailah ia rutin membuat komik Kanser yang dimuat secara berkala di Putera Kita yang terbit dwi mingguan itu. Kanser pun muncul terus-menerus sepanjang tahun 1985-90-an. “Kalau enggak salah, saya membuat sampai 6 judul.”


Di tengah wajah komik Indonesia mulai terengah-engah, Jink terus berkarya. Ia juga mengirimkan komik-komik karyanya ke surat kabar di Surabaya, yaitu Memorandum dan Surya. Tahun 1987, ia membuat komik Jaka Bledeg dan Radio Aktiv. “Sayang, saya enggak mengkliping komik yang dimuat di koran itu. Apalagi, saat itu saya kirim naskah masternya. Jadi, sekarang saya enggak punya dokumentasinya.”

Tanpa terbebani untuk mengangkat komik Indonesia, Jink terus ngomik di berbagai media. Tahun 2006, ia membuat komik untuk Majalah Fakta. Judulnya Tatkala Lentera Meredup, sebuah komik yang mengambil setting cerita di zaman perang Diponegoro. Masih di Majalah Fakta, Jink juga membuat komik berjudul TKP dan Ngoh.

Bersama rekan-rekannya yang bergabung dalam Neo Paradigm, Jink membuat komik jenis superhero. Karya-karya diterbitkan oleh Cergam Cakra Bintang. Kini, Jink rutin membuat komik yang dipublikasikan oleh Penerbit Metha Studio dari Yogyakarta. Ia menggarap komik-komik pendek yang terbit dalam sebuah antologi. “Saya baru saja menyelesaikan komik Godam Reborn III. Semula komik ini pensilnya digarap Pak Hasmi dan Sungging. Saya tinggal melanjutkannya”

Sambil terus membuat komik karya sendiri, Jink selalu terobsesi sosok superhero idolanya Gundala dan Godam muncul lagi. Ia membuat komik Gundala, yang tak dipublikasikan dan hanya disimpan di lacinya. Judulnya, Suatu Ketika dalam Hidup Gundala.

Dikatakan Jink, ngomik belum bisa menjadi sandaran hidup. Namun, demi kecintaannya pada komik, ia masih terus berkarya. Dalam waktu dekat, pembaca akan kembali menikmati goresannya yang apik lewat Godam Reborn III yang sekarang sudah mendekati babak akhir produksi.

Komikografi


Catatan:
Ulasan di atas adalah hasil tulisan rekan saya, Henry Ismono, yang dituangkan dalam website-nya, henrykomik.com.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Jink Comics - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger