Setelah melalui proses yang panjang, alhamdulillah akhirnya kelar juga komik Lentera Dari Selarong (LDS). Saya lupa kapan mulai mengerjakannya. Sebenarnya saya bisa melihat dari catatan nomor halaman dan tanggal pembuatan yang saya cantumkan di pojok kanan atas setiap naskah, tapi naskah halaman 1 s/d 105 sudah saya kirimkan ke Metha Studio di Jogja.
Saya hanya bisa memperkirakan, yaitu sekitar tahun 2011. Hal ini terlihat dari catatan tanggal pembuatan di naskah halaman 106 yang belum saya kirim. Di situ tertulis “30/11/12”, artinya tanggal 30 Nopember 2012, sedangkan halaman terakhir, yaitu halaman 260 tertulis “01/03/15” yang berarti 1 Maret 2015. Dengan perkiraan mulainya adalah tahun 2011, maka waktu pembuatan LDS adalah 4 tahun! Jika dihitung rata-ratanya, saya mengerjakan 1 halaman selama 5,5 hari, termasuk halftoning dan lettering. Sungguh proses pembuatan yang sangat lambat. Jika saya bekerja untuk penerbit lain, apalagi luar negeri, jelas saya masuk blacklist dan dianggap tidak profesional. Untungnya Metha Studio yang dikomandani pak Akhmad Makhfat dan pak Chairul sangat toleran dan sabar menghadapi saya. Dan keputusan pak Akhmad untuk menerbitkan secara bertahap (dalam 3 jilid) adalah langkah yang tepat, karena jika menunggu sampai tuntas, baru tahun ini bisa terbit.
Satu hal yang saya rasakan saat halaman 260 mendapat sentuhan akhir berupa halftoning dan lettering, adalah kehilangan. Empat tahun berkutat dengan LDS dan mulai bulan ini tidak lagi mengerjakannya, saya merasa ada yang hilang dalam diri saya. Memang saya bersyukur pada akhirnya bisa menuntaskannya, tapi rasa kehilangan itu tak bisa saya pungkiri. Seperti orang berpacaran selama 4 tahun kemudian putus. Seperti itulah rasanya.
Kurun waktu 4 tahun adalah waktu yang cukup lama dan apapun bisa terjadi dalam masa itu. Saya sempat mengalami blank beberapa lamanya dan tak mengerjakan LDS sama sekali. Itu karena saya sakit atau mengalami masalah yang membuat saya tak bisa berkonsentrasi menggambar. Belum lagi masalah teknis terkait dengan perangkat kerja, seperti komputer ngadat dan harddisk jebol. Yang terburuk adalah saat bapak saya meninggal dunia. Saya ingat waktu saya, pak Berny dan mas Gino diskusi di teras rumah, kemudian bapak saya ikut nimbrung dan mengamati beberapa halaman LDS yang saya tunjukkan ke kedua rekan saya itu.
Bapak saya adalah sosok yang sangat mendukung apapun passion anak-anaknya. Asalkan yang positif. Saat kecil saya sudah gemar membaca komik dan bapak saya tahu itu. Beliau dengan senang hati mengantarkan saya ke toko komik langganan (sekarang toko itu sudah tidak ada) demi memuaskan saya membeli komik-komik terbitan baru. Dan ketika saya mulai tertarik untuk membuat komikpun, bapak saya memberikan dukungan dengan memamerkan karya saya ke kerabat yang datang ke rumah. Saat bapak tiada, kenangan itulah yang selalu terbayang di benak saya. Sampai sekarang. Termasuk LDS yang belum sempat beliau nikmati, karena waktu itu belum selesai.
Sebagai wujud penghormatan saya kepada bapak, di halaman terakhir LDS saya cantumkan nama beliau.
Saya tak ingin larut dalam rasa kehilangan. Saya harus move on. Dan sekarang saya mulai melanjutkan scipt Prahara Jalatunda untuk Metha Studio yang tertunda cukup lama, di samping meneruskan proyek komik Raga Langit 2 dari NPC.
Selamat tinggal LDS.
+ comments + 2 comments
Halo Jink, saya baru-baru ini sempat baca komik Lentera dari Selarong. Dipinjami Pak Akhmad waktu saya cari data untuk penelitian komik. LDS ini keren. Harusnya lebih banyak orang tahu, meski menurut saya endingnya agak terburu-buru. Secara keseluruhan saya menikmati gambarnya. Saya dengar LDS mau disertakan dalam pameran di Jerman. Selamat.
Terima kasih, mas Jino Jiwan. Memang saya baru dengar kabar dari pak Akhmad perihal akan disertakannya LDS dalam pameran di Jerman. Hanya saja perlu persiapan matang, salah satunya adalah merubah teks dalam bahasa Inggris. Mudah2an saja lancar.
Posting Komentar